Laman

Monday 11 January 2016

Nanti, kita baca ini bersama.

Aku menulis karena anggap saja kita sedang berdialog di sini. Entah kamu baca atau tidak.
Tapi kalau memang tidak sempat kamu baca, aku harap suatu saat kita bisa membacanya bersama. Dengan kamu ada di sebelahku dan kepalaku terbaring di atas lenganmu. Nanti kita tertawa bersama melihat aku sedang rindu-rindunya pada masa ini.


Aku tidak terlalu paham bagaimana perasaanmu kepadaku. Karena kita memang tidak pernah duduk bersama dan berbicara banyak. Pertemuan juga hanya sebatas hitungan jari. Tidak pernah lebih dari satu jam. Kita hanya bertemu mungkin 5-10 menit. Ah tapi ada yang sedikit lama, waktu tahun 2014 kamu datang ke rumah. Itupun juga cuma sebentar membicarakan masalah yang tak jelas juga. Lalu, bagaimana cinta bisa mengakar tajam? Katanya cinta dari mata turun ke hati. Tapi tanpa melihatmu setiap hari, cinta juga tetap tumbuh. Atau cinta datang dari kebiasaan? Kebiasaan yang mana? Kalau kebiasaan bersamamu sekalipun lewat chat juga nyatanya tidak begitu. Kita terbiasa berbulan-bulan tanpa kabar bukan? Dan jika aku sudah kepalang rindu, aku selalu mengada-ada alasan untuk menghubungimu. Tapi juga mungkin hanya beberapa kali pesan dibalas. Setelah itu sudah. Hilang lagi. Lalu, kenapa aku bisa jatuh cinta sejatuh-jatuhnya? Hingga aku yakin, denganmu aku ingin menyerahkan seluruh pengabdianku. Dan lewat mana kamu bisa yakin jika hatimu dari dulu mengarahnya hanya padaku? Lewat alasan apa cinta bisa menjadikan kita berdua saling tergila-gila?

Kita pernah melewati fase ingin berpisah, saling melepaskan, dan mengikhlaskan. Kita diperkeruh dengan prasangka-prasangka yang tak baik. Mungkin itu ujian. Selama tahun 2014-2015 akhir, satu tahun penuh kita benar-benar menjadi saling asing. Aku menjalani hidupku dan tidak tau menau tentang hidupmu. Aku mencoba bahagia. Tapi nyatanya aku gagal.

Mungkin doa lebih akrab daripada pertemuan. Dan mungkin mimpi yang menjadi tempat kita banyak berkomunikasi selama ini.

Aku membuat keputusan besar setelah diri ini sudah teramat lelah dipermainkan perasaan berulangkali. Aku ambil segala resiko apapun terhadap pilihanku ini. Dengan meniatkan semua karenaNya, aku mencari berbagai cara untuk berbalik padamu lagi.

Dan kali ini, aku datang dengan memintamu menjadi imamku.
Aku datang dengan keinginan mulia membangun rumah tangga yang sakinah denganmu.

Semoga ini jawaban terbaik yang bisa aku berikan lewat sujud panjangmu tiap shalat.



Malang, 11 Januari 2016. 08:03.

2 comments: