Laman

Wednesday 29 February 2012

"Minoritas yg Kau Tau...."

Sudah berapa lama aku konstan pada satu nafas? Merindukanmu tanpa mati. Merindukanmu dalam satu tahun sembilan bulanku.
Tak mudah menjadi aku. Saat setiap malam, mata kerap kali basah. Terlalu lama terjaga, berharap kau sosok yang begitu dermawan, mau meluangkan waktumu sejenak dari berbagai kesibukan. Kemudian kau baca dengan cermat, betapa keras aku menginginkanmu memelukku dalam beku.


Aku ini idiot kah? Yang semakin hari, banyak dihujat orang karena terlalu memusatkan pikiranku hanya pada satu, KAMU! Dan mengabaikan tawaran cinta yang lain.

Mungkin aku tolol.
Tapi bisa jadi karena mereka tak pernah pahami jika menjadi aku sebenarnya. Betapa rindu berubah sangat menyiksa.
Sedangkan dari kita, tak ada maksud sebentar pun untuk menuntaskannya.
Betapa rindu menjadi amat jengah ketika hanya dibalas kering olehmu.

Masalah terbesarku sekarang adalah, bagaimana aku mengistirahatkan sejenak kekukuhanku untuk mempertahankanmu.
Atau jika saja aku sanggup, aku ingin menghilangkan hingga tanpa sisa semua ketergantunganku ini.
Tahukah? Aku selalu dijatuhkan dengan pikiran, "Apakah pernah terlintas sekali saja, bahwa kau merindukanku, lalu ingin cepat-cepat meraih handphone. Mengetik beberapa karakter, kemudian mengirimkannya ke nomorku? Kau cemas karena tak kunjung aku balas? Pernah seperti itu? Atau barangkali hanya merasa kesepian dan kau pikir akulah yang setidaknya bisa menemanimu dan menghiburmu?"
Ah, pasti tak pernah! Atau bisa saja pernah, tapi kau sangat rapi menyembunyikannya.

Sudah sekian lama, saat kesibukan merampas waktuku untuk berhangat menikmati jam bersamamu, tak lagi aku lakukan.
Aku memang tak pernah memenangkan diri sbgai prioritas utamamu. Aku tau itu.
Aku hanya selingan diantara hal yang sangat tidak berarti.

Hei kau, taukah apa yang menjadi rutinitasku tiap hari saat rinduku berpangkat kuadrat dipangkatkan kuadrat lagi tiga kali? Adalah, aku kembali membaca ribuan percakapan kita di inbox handphone. Mengingat kembali, "Dulu, tanpa aku berharap muluk, pesanmu sllu ada."

Dan taukah merindukan adalah hal yang paling memayahkan, terlebih jika objek yang dirindukan itu "dirimu" .
Dan merindukanmu menjadi sngat memprihatinkan, karena hanya aku sendiri yang berat merasakannya.

Seperti halnya berharap ada oksigen dalam ruang kedap udara. Meskipun ada, itu hanyalah residu. Dan bakal habis dibandingkan dengan kecepatan mitokondria kita membutuhkannya dalam metabolisme. Seperti itu juga lambatnya aku memutar ulang replika hati yg notabene masih berbau frekuensimu.

Susah. Tak mudah. Dan aku bebal! Aku berhenti. Menyerah.
Membiarkanmu tetap memasuki kehidupanku.

Aku menyalahkan, mngapa dirimu terlalu mampu melengkapi aku? Mengapa segala sesuatu yang aku cari, kau menyediakannya?

Hingga, taukah betapa aku mengagumimu? Justru sebaliknya, taukah bagaimana kamu menghargaiku?
Layaknya semua bilangan yg dibagi enol, berapapun jumlah pembilangnya, menjadi tetap sama dengan enol. Tak terhingga.

Itu adil kah? Atau memang hanya sebatas itu kemampuanmu memberiku?

Jangan terlalu dirisaukan. Ini hanyalah satu dari tiga ribu lebih kata-kata keluhan kosongku.
Mungkin kau takkan pernah berminat membaca.
Tenggelam pada kesibukanmu.
Apa? Ini terlalu melankolis? Bukankah, dirimu yang plagmatis akan imbang dengan sifat melankolisku?
Cukup. aku hanya ingin kau mengapresiasi aku yang blajar keras menghormati kebekuanmu. ....

With Love,
-aisy-

No comments:

Post a Comment