Laman

Tuesday 19 August 2014

Jika Nanti Saya Kalah.

Hari ini saya tersentak dengan satu hal yang tiba-tiba membuat saya menangis. Bukan hal yang besar. Namun, hanya karena satu tulisan saja. Entah kenapa saya sampai setakut ini. Mungkin saya takut kehilangan. Iya, sangat takut kehilangan. Pun pada sesuatu yang belum menjadi milik saya.


Saya jadi berpikir panjang dan dalam. Saya ini orang biasa. Yang dilahirkan bukan dari golongan priai, bangsawan atau keturunan kyai yang keshalihannya mendarah daging.
Ibu dan bapak saya menjalani hidup tak muluk. Mereka sama bekerja karena itu sudah menjadi tanggung jawab untuk membiayai pendidikan saya dan ketiga adik saya. Kami dari keluarga biasa yang untuk mengaji pun masih sering terbata dan lalai. Tapi kami, selalu berusaha patuh pada aturan hidup yang sudah kami jadikan pedoman sejak dulu.

Dan saya? Saya tumbuh dengan apa adanya seperti yang bisa dinilai sekarang. Saya tak pernah berusaha keras membuat orang lain memberikan penilaian yang baik tentang pribadi saya. Banyak cacat dimana-dimana. Banyak ketimpangan yang sering membuat orang lain memandang rendah diri saya. Tapi inilah hidup.
Yang jelas, tiap harinya saya berusaha keras menjadi orang yang tulus. Tulus dalam segala hal. Meskipun tak berbalas.

Segalanya memang berat. Berat dan terasa tak adil. Kadang kita sudah mati-matian berusaha membahagiakan orang lain, tapi sederhana saja dia malah justru bahagia karena alasan lain dan mengabaikan kita. Sesederhana itu pula hati menjadi sangat sakit kemudian.

Saya ini orang biasa. Yang sering ingin menyerah dan putus asa jika sudah tidak bisa mentolerir rasa sakit yang semakin menganga. Yang merasa ingin berhenti saat semua yang dilakukan tak berarti apa-apa. Yang sering berprasangka saat semua berjalan tak sesuai rencana. Dan jika, saya pernah katakan saya ingin berhenti, sebenarnya tidak semudah itu untuk menghentikan semua selama bertahun-ini dalam sekali ucap saja. Saat saya mengatakan saya ingin menyelesaikan semua, tidak lain adalah saya ingin sedikit celah untuk bernapas dan melanjutkan lagi. Saya hanya ingin mencari keyakinan dan kekuatan untuk berjalan lebih lama lagi.

Saya sudah pernah katakan bahwa saya ini malu memiliki mimpi yang seharusnya tak saya buat dari dulu. Tapi sekali lagi, saya ini orang biasa yang berusaha membahagiakan diri jika pada akhirnya mimpi saya di-iya-kan bersama restuNya. Dan saya sering kelelahan saat membangun itu semua sendiri. Merasa kerdil.

Saya ini butuh banyak bimbingan. Yang butuh dilengkapi dengan cara baik dan bersahaja. Yang butuh dituntun di dunia karena di sini tempat saya hidup dan diimami untuk akhirat karena di sana tempat saya kembali. Saya hanya ingin menjadi seorang istri dan ibu yang tangguh pada keluarga saya nanti. Dan menjadi yang paling banyak manfaatnya pada pengabdian profesi saya. Saya hanya berpikir, "Anak saya kelak pantas dilahirkan dari rahim ibu yang cerdas."

Maka biar saya sibuk membuat diri ini layak pada mimpi yang sudah saya susun sejauh ini. Saya harus banyak belajar dan bekerja lebih keras karena saya ini orang biasa.

Di akhir paragraf ini, saya hanya ingin membuatmu tau. Jika pada akhirnya sudah bukan saya lagi satu hati yang katamu kamu usahakan dengan segala upaya dan doa itu, jika kelak suatu saat kamu sampai pada rasa hilang keyakinan untuk membangun kata "selamanya" yang pernah kamu ucapkan kemarin, dan jika ternyata saya kalah dengan mereka yang mencoba masuk dan mengisi, tolong sampaikan secara langsung bahwa saya sudah seharusnya berhenti berusaha memenangkan hatimu. Sampaikan saja bahwa ternyata saya ini sudah kalah.

No comments:

Post a Comment