Laman

Thursday 2 February 2012

Cinta itu menemukan lagi tempatnya pulang.

Dear You: yang aku kenal sejak "29 Juni 2010".
Berawal dari pesan singkat yang salah kirim pada nomormu. Dan entah ulah siapa menyimpannya dalam phonebook-handphoneku di deret paling atas. Rupanya, menjadi begitu berarti.
Perkenalan ringan dan basa basi kita yang bertahan hingga lebih dari satu setengah tahun.
Kau percaya bahwa tidak ada suatu hal di dunia ini yang terjadi karena ketidaksengajaan? Aku pikir, segala hal yang tersaji merupakan konspirasi alam semesta yang agung. Sang Maestro se-Jagad telah mengaturnya rapi. Seperti aku mengenalmu, adalah termasuk juga dalam teori ini.

Dear You: yang kadang membuat aku malu atas perasaan yang aku punya.
Tau betapa dulu sering aku ucap syukur pada Tuhan? Bahagianya aku mendapatkan tempat sebagai salah satu wanita yang dekat denganmu. Kalau tak salah, kau bilang aku satu-satunya ya? Dulu!
Terima kasih atas kesabaranmu menjawab setiap salam yang aku berikan yang terasa tak penting itu. Tapi sadarkah? Aku selalu berusaha untuk tak memberhentikan komunikasi kita. Aku enggan. Meskipun aku lebih terlihat seperti seorang anak SMA yang mengais perhatianmu.
Semua konsep mulai aku kuasai. Aku mulai sadari, ada sesuatu yang menyusup halus dalam rinainya hati. Halus yang terbiarkan lama semakin mengoyak dalam sebab tak sempat terkatakan. Aku menjadi sangat pengecut tentang kecenderungan hati ini. Posisiku dan posisimu yang sangat jauh berbeda-lah yang membuatku hanya mau bermain-main dari belakang. Mencintai dalam diam.
Membuatmu tau saja aku tak pantas, apalagi berangan kau akan sama mengiyakan.
Aku terlalu pesimis.

Dear You: Lelaki yang memiliki sifat tegas dan keras seperti bapakku.
Ketika aku mulai jengah saat mau tak mau kau harus meninggalkan aku. Kau lebih mengutamakan tugas dan tanggungjawabmu sebagai mahasiswa dan pengasuh, daripada hanya sekedar mengirimiku pesan, bertukar kabar sehari itu. Dan karenanya, sering aku menghabiskan waktuku hanya untuk menunggumu. Demi menunggu hal yang tak pasti dan tak merasa dinanti.
Ini aku yang salah ya? Terlalu berlebihan. Padahal harusnya aku buka mata lebar-lebar, kedekatan kita hanya sebatas lewat pesan singkat. Komunikasi satu arah, dan tak lebih. Bertemu dengan nyatamu seperti apa? Aku tak pernah. Kecuali dalam satu sore tanggal lima-belas-maret-ku, melihatmu berjalan memakai gamis hijau di Jalan Raya Dermo. Dekat lokasi perumahanku merupakan kali pertamanya aku sadar bahwa ternyata lawan bicaraku tiap malam bukanlah semu. Kau benar-benar ada. Mungkin Tuhan yang Maha Murah itu memberiku sedikit keberuntungan.

Dear You: yang kenangannya semakin menumpuk.
Semakin banyak hal yang aku takutkan akan terjadi. Termasuk, aku takut kau marah jika suatu saat aku tak sanggup menyimpan perasaanku rapat-rapat sendiri, kemudian membaginya denganmu. Olehnya, aku minta maaf di awal. Kini aku tau, cinta ini perlahan mulai kembali ke tempatnya. Kembali menuju alamat hatimu, setelah sekian tahun aku arahkan untuk menjauh darimu. Cinta ini, sudah menemukan kembali jalan pulang, setelah lama singgah pada tujuan yang lain. Aku memang tak terlalu pintar untuk menyeimbangimu, tapi aku juga tak sedemikian bodoh untuk melepaskanmu. Biar aku tumbuhkan kelebihanku hingga pantas sejajar denganmu.

*Dariku, yang umurnya terpaut empat tahun enam bulan lebih enam hari darimu. 
Aku yang sering tak PD jika aku mengatakan bahwa aku mencintaimu. Terlalu dini dan cepat. Tapi juga semakin menua tak tersisihkan.

*Darimu, yang membuat aku selalu tersentuh membacanya.
"Seandainya ade tau .. Ap yg kk pkirin ... Ga spt yg ade tulis d pesan ini .. Krna kk msh ingin bs terus komunkasi am ade ... Ga tau knapa .. Mesti klo kk ga mz ade .. Lgsung ad pkiran " mesti ntar
ade kirim pesan" dan it bener .." 

"Kaka ga da maksud ga hiraukan kaka atau orang2 di sekitar kaka .. Maaf yya dek .." 


With Love,




AisyaDz :)


*Fiksi*

No comments:

Post a Comment