Laman

Thursday 26 November 2015

Lagi-lagi Ingatan Tentangmu Menjatuhkanku Pada Luka

Hari ini hujan dan aku sedang termangu di sudut meja perpustakaan.
Melihat keluar, air mengalir begitu deras.
Bersamaan dengan itu, mataku juga basah.
Harus bagaimana lagi aku bersikap melawan semua lelah ini.
Sudah sekitar setahun lebih kita memutuskan untuk saling melupakan sebelum sempat saling berjuang. Itu yang kamu minta. Aku langsung mengiyakan tanpa bertanya alasan.
Saat itu aku diam bukan karena sepakat, tapi aku tersentak keras.
Secepat itu kebahagiaan direnggut sesaat setelah ketika kamu bilang hanya satu hatiku yang kamu tuju selama ini--selama bertahun-tahun aku menunggu--tapi akhirnya kamu lepaskan juga.
Saat aku mendukung keputusanmu dan berdoa tentang penggantiku, bukan karena aku sepakat, tapi aku merasa kamu pun memang tak pernah ingin mempertahankanku. Dan itu satu-satunya hal terbaik yang bisa aku lakukan untukmu. Sekalipun ingin sekali aku memohon tetap bertahanlah untukku.

Sampai pada sore ini.
Berapa hitungan sore perasaanku selalu berkecamuk sedemikian hebatnya. Aku sungguh jenuh. Aku merasa terlalu payah melawan batinku. Terlebih lagi, aku jenuh karena aku merasa kamu nampaknya baik-baik saja tanpa aku.

Aku tak meminta kamu kembali. Sama sekali tidak. Pergilah. Tak perlu aku memaksakan untuk tetap tinggal pada yang ingin pergi.
Karena aku memang tak pernah sebaik perkiraanmu, kamu orang baik dan pantas mendapat yang lebih baik.

Perasaan cinta sudah lewat. Sudah aku tinggalkan jauh kemarin. Tapi sekarang hatiku kembali gila. Dia kembalikan lagi semuanya tentangmu. Tapi tidak dengan bahagiaku. Yang kembali hanya perasaan bukan kamu. Yang kembali hanya egoku bukan keinginanmu akan kita.
Aku sering berpikir apa aku tak pantas diperjuangkan. Dan betapa aku ingin diperjuangkan olehmu. Lalu menerima segala kesungguhanmu.
Ah, iya. Sudah tidak layak aku berbicara tentang ini. Aku pun sudah memiliki seseorang yang begitu ingin membuat aku lupa bahwa aku pernah terluka. Seharusnya aku berterima kasih dan berusaha menjadi yang terbaik untuknya.
Tapi.....
Intensitas kamu datang di mimpiku, intensitas aku semakin resah karenamu akhir-akhir ini membuat semua semakin buyar dan berantakan. Aku berusaha menyimpan. Bersikap seadanya. Berpura-pura kuat seperti selama ini.
Dan.
Entahlah.
Aku hanya terlalu lelah.
Aku benar-benar lelah.

Di depan hujan sudah reda. Kamu tau kan hujan itu romantis dan magis. Selain senja, aku juga suka hujan. Dari mereka berdua, aku bisa banyak menulis yang entah kenapa lagi-lagi tentang kamu. Harusnya aku bosan sudah 5 tahun banyak tulisan tentangmu tanpa tau kapan akan aku sudahi. Mungkin aku akan berhenti menulis saat dunia sudah mengenalkan padaku ada penulis tentangmu yang lebih hebat dari aku. Saat itu aku mungkin akan letakkan semua pikiran dan hatiku lalu aku tamatkan atau akan tetap menulis sekalipun tak pernah lagi kamu baca.
Anggap saja ini paragraf biasa yang kamu temui pada halaman facebookmu dan bukan aku yang menulis. Juga bukan ditulis untukmu. Jadi setelah kamu baca ini, jangan memiliki beban untuk segera membalas atau mengacaukan hatimu. Jangan. Aku tak mau lagi menyusahkanmu. Teruskan saja melangkahkan kaki menjauhiku. Dan aku juga tetap melanjutkan untuk mundur darimu.

Malang, 17 November 2015.
Tanah di depan sudah mulai kering.
Dan mataku masih tetap basah.



4 comments:

  1. hiks hiksssssss sedihhh :(

    huahahahaha sabar aisss keep smile lahhh,,, ada keluarga baru kok, jangan kwatir

    ReplyDelete
    Replies
    1. Irfaaan haha aku kira siapa. Yeaaah terima kasih sudah jadi keluarga baru 🐣

      Delete
  2. akhirnya ngeblogging lagi, kak :)

    ReplyDelete